story
Showing posts with label story. Show all posts

Wednesday, August 26, 2015

Ah.

Berada di satu tempat, suasana, waktu yang sama merupakan hal yang lazim, apalagi ketika dengan kamu.

Kita bukan teman dekat, kita tidak punya hubungan dan ikatan, hanya dua orang manusia yang berteman dan rekan kerja.

Tapi mengapa aku merasakan ada yang aneh ketika aku berada di dekatmu? Ah mungkin perasaan biasa.

Ketika aku berada di keramaian, tak kusadari mataku mencari batang hidungmu. Ah, mungkin aku sedang ada keperluan denganmu.

Suaramu yang melengking itu terus bergema di telingaku, menyuruhku mencari dan melihat parasmu. Ah, mungkin itu imajinasiku saja
k
.

Kamu memberiku perhatian aneh yang sangat berarti bagiku. Ah, itu kamu lagi butuh saja.

Tak jarang ku menemukan matamu sedang menatapku. Lalu kita bertemu tatap, dan aku hanya bisa memalingkan pandangan, menahan bahagia. Ah, mungkin kamu sedang melihat seaeorang di belakangku.

Perhatian yang kau berikan untukku mungkin bukan untukku saja. Mungkin puluhan 'aku' sedang memikirkan perhatian yang telah kamu berikan pada mereka. Ah, iya ini logis.

Kamu orang yang sulit bangkit dari cintamu yang dulu. Hingga mengorbankan cinta yang hadir kepadamu. Tapi bisakah aku membangkitkanmu? Ah, rasanya aku takkan bisa.

Aku tidak cantik, aku tidak kurus, dan aku tidak anggun. Bukan tipemu. Ah, lantas mengapa aku banyak berharap padamu?

Mungkin kita punya perasaan yang sama? Ah, mungkin perasaan lapar ingin makan.

Ya intinya aku kegeeran kan? Ah, sepertinya rasaku ini takkan pernah berbalas, tapi entah mungkin nanti.

Apabila rasa ini bisa diungkapkan, beri aku jalannya. Karena aku sudah tidak kuat menahan gejolaknya

Tapi jika rasa ini cukup aku dan Engkau yang tahu, biarkan saja kutiupkan ungkapan ini dalam doa dan rindu.

Untuk kau yang sedang bermimpi. Bulan dan bintang kan menemani malammu.

Friday, March 28, 2014

LAMPU MERAH!



 NUMPANG LEWAAT!



Saturday, May 4, 2013

Fiction or Reality?

Lama nggak ngepot. Tiba-tiba aku teringat sesuatu dan aku ngga tau tiba-tiba ingin buat cerita kayak gini,


 BERGALON-GALON AIR


Sudah dua bulan aku mengikuti ‘ngaji’ di salah satu rumah ustad dekat rumahku. Tapi, akhir-akhir ini pak ustad kami sedang sakit parah, dan tidak bisa mengajar lagi. Hari kemarin saja, jadwal mengaji dipimpin istrinya pak ustad.

“Bil, kamu bawa makanan ga? Aku lapar banget nih!” Aku menatap Bila dengan tatapan memelas.
Bila mengeluarkan sebungkus kacang kulit dan membukanya, “Nih teh, aku mah gamau da..” Ia tersenyum dan menyodorkan bungkusan itu kepadaku. Akhirnya, cemilan!
--
“Assalamualaikum..” Sesosok anak laki-laki masuk ke dalam rumah, ia langsung disambut hangat oleh para teman-teman.

Namanya Fahrul, dulu aku tidak begitu mengenalnya. Maklum, dulu aku baru pindah tempat mengaji. Maka dari itu aku belum bisa beradaptasi dengan kondisi yang baru. Ia merupakan tetanggaku, tapi aku tak pernah mengenalnya. Namun lama-kelamaan aku mulai mengenalnya, panggilannya Au, entah mengapa teman-temanku memanggilnya seperti itu, tetapi pada akhirnya aku memanggilnya dengan sebutan Au, pada akhirnya.
--

Jam mengaji dimulai pada waktu maghrib. Aku dan Bila bersama-sama pergi ke rumah ustad, rumah sudah mulai penuh. Sepuluh anak yang diantaranya, 3 anak besar, dan sisanya anak kecil (termasuk diriku) duduk berhimpitan di ruangan 3x5 m.

Terpaksalah aku duduk di bagian ujung lingkaran, yang menjadi pertemuan antara setengah lingkaran anak laki-laki dan anak perempuan.

“Ya anak-anak sekarang buka surat Al-Maidah ayat 6!” Teman-temanku langsung membuka Al-Qurannya dengan terburu-buru.
“Bismillahirahmanirrahim..”

“Assalamualaikum, maaf pak telat.. Hehehe..” Au masuk sambil cengengesan, pak ustad segera menyuruhnya duduk di sebelahku.

Suara lantunan Al-Quran berbunyi sangat merdu, ketika waktu membaca bersama berhenti, saatnya membaca sendiri-sendiri.

Pada saat itu Neng Fira sedang disuruh membaca, Kak Edo tersenyum kepadaku, “Cie, Au duduk sebelahan sama Ani, cie!”

Thursday, May 2, 2013

FemInd Project - Cerita Berantai (Kelompok 1) Season 4





ADUUH INI TELAAAAATTT!!!!!!!!
Langsung cekidot aja ya!

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Kak ins :
Namaku Bintang Perdana Putera. Seperti biasa, sore begini kerjaanku hanya duduk, diam, menertawai novel dalam genggaman, pokoknya sore begini aku selalu-- dan makin-- mirip Supratman. Iya, Supratman. Orang paling famous seantero kompleks perumahan. Ya, namanya juga orang gila.

Nah, itu Supratman lewat. Aduh, baru juga diomongin. Lihat Supratman, jalan dengan eloknya. Eh, bajunya udah ganti lagi! Ah, warga kompleks sini memang baik-baik. Darimana coba Supratman terus ganti baju kalau bukan dari warga. Kadang aku suka merasa iri sama Supratman. Kenapa bukan aku saja yang jauh lebih famous. Ehm.. Bukan.. Bukan begitu. Maksudku kan aku lebih gila.

Baju dua hari sekali baru ganti, itu pun kalau ingat. Kalau nggak? Mending tanem pohon palawija lima hektar aja deh, daripada mendengar kenyataannya. Aku juga tidak sesumringah Supratman. Itu, dia menyapa setiap orang yang lewat. Kalau aku? Lagi-lagi lebih baik jangan mengetahui kenyataannya. Rumahku nomor 82, dengan tetangga nomor 87 aja aku sudah nggak tau siapa nama si ibu yang suaranya lantang-menantang itu. Iya, aku separah itu.

Apa aku bilang,? HARUSNYA KAN AKU YANG LEBIH FAMOUS?

Tapi itulah hidup. Supratman yang diberi tumpangan rumah mungil dan nyaman saja masih sering keluar dan masih ramah. Aku yang punya rumah dengan dua kapling ini malah susah banget buat masuk ke rumah sendiri. Tapi bukan berarti--

"Maaf ya, Non, bibi tadi kejebak macet. Ada kecelakaan di jalan." aduh, bibi, tiba-tiba datang seenak jempol kaki.
"Kecelakaan di jalan, Bi?"
" Iya, Non ... Maceeet ... Bener."
"Bukan gitu, Bi. Maksud aku kalau kecelakaannya di jalan, ya bibi coba lewat langi sanah! Katanya mantan bidadari ..."
"Ah, Non .. Bisa aja ... Hehehe ..."
"Yaudah. Mana kuncinya cepetan! Lama tauk aku nungguin! Kalau rekreasi, nih ... Aku udah berkelana ke dua pulau tiga kabupaten!"
"I, I..ya, Non. Tapi tadi mami pesen--"
"Apa? Yang peraturan baru itu lagi?"
"Bukan, Non ..."
"Terus?! Yakali mami pesen aku disuruh makan enak"
"Tapi peraturan yang lebih baru lagi, Non ..."
Deegg ... Firasat buruk. Mami nggak pernah ngeluarin peraturan secepat ini. Selama aku hidup, paling cepat dua bulan baru ada peraturan lain. Ini baru dua hari. Ya Tuhaaaaannn.... semoga firasat buruk ini salah.
"Ap-apa, Bi?"

------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Kak kartik  :
Lagi-lagi dengan peraturan. Entah mengapa aku punya sesosok "mami" yang gila akan peraturan. Mulai dari tidur di beranda selama 7 hari karena tak mandi selama 5 hari masa liburan, hingga hukuman membantu Mak Endah membuat nasi pecel di seberang jalan rumahku karena aku yang hampir tak pernah membantu bibi memasak di dapur. Sepele .... Mamiku sepele dan mencintai sesuatu yang salah dan sepele. Sial.

"Ap-apa, Bi peraturan barunya?" kuulang pertanyaanku. Melihat bibi tak kunjung menjawab dan malah terlihat ketakutan.
"Emmm .... Non yakin mau dengar? Bibi yang diberi perintah untuk menyampaikan saja, sedikit enggan mengatakannya"
Mati aku! Bahkan bibi yang biasanya tak pernah terlihat gugup dalam menyampaikan peraturan baru mami, kali ini terlihat sangat terpaksa harus mengucapkannya. Mati aku! Mami berulah lagiii! AAAAAA....
"Apaan sih bi, peraturannya? Jangan buat aku penasaran dong! Itu amaanah mami lho biii, cepetan kasihtau!!"
"Hmm .. Mami bilang ke bibi kalau, Non gak boleh masuk rumah--"
"Tuhkan bener! Mami nih kenapa sih! Anak sendiri diginiin -_-!"
"Non, belum selesai ... Mami bilang non gaboleh masuk rumah dan gak boleh tidur di rumah lagi selama 7 hari sampai masa liburan non selesai --"
"APAA??!!! MAMI GILA! INI BENERAN MAMI YANG BILANG?" ucapku emosi. Gila aja! 7 hari aku gak boleh di rumah? Ini rumahku! Terus aku tidur dimana kalo 7 hari gak boleh masuk rumah? Panti Jompo seberang gang? Warung pecel Mak Endah? atau jangan-jangan ...
"Bentar non, bibi belum selesai ngomong .." ujar bibi bersungut-sungut karena ceritanya kuputus.
"Yaudah lanjutin .."
"Terus, kalau non mau tanya, non selanjutnya tinggal dimana selama 7 hari itu, emmm .... kata mami, non tidur sama Supratman di dekat rumah kecil Bu Eva, yang punya penginapan 3 blok dekat sini itu non .." Ragu-ragu bibi mengatakannya. Seakan sudah bisa menebak ekspresiku selanjutnya.
"Mami beneran gila ... Baru punya anak 1 aja udah diginiin. Supratman itu orang gila bii! Masa' iya aku kumpul bareng orang gila. 7 hari biii 7 hari ... Mami gila beneran ini!" Ujarku sambil merebut kunci yang sedaritadi tergantung di tangan bibi. Lekas masuk rumah, masuk kamar dan ...

"MAMIIIIIII !!!! MAMI KAMARKU KENAPAAAAA !!!!!!!" Teriakku mebahana .. Aku tak berpikir siapa saja yang akan mendengar teriakanku! Tidak peduli ! Yang kupedulikan saat ini adalah peraturan baru mami, pikiran mami yang kukira sudah ringsek meupun perasaan mami terhadap anak semata wayangnya yang kukira sudah membatu!

------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Menay :
Aku menyapu pandanganku ke seluruh penjuru kamar. Barang-barangku sudah tak terlihat lagi di rak tempat biasa aku meletakkannya, digantikan sebuah tas besar di lantai yang aku yakin berisi baju-bajuku yang menghilang. Pasti ini ulah mami, niat banget sih sampe koleksi dvdku ikut dikemas juga. Apakah nanti aku akan nonton DVD bersama Supratman? Kayak dia punya DVD Player saja. atau jangan-jangan ada tetangga yang memberikannya juga? mungkin saja, karena dia lebih famous dariku -_-

Tapi bukan itu masalahnya. Mami mengemas hampir setengah dari isi kamarku! Padahal aku pergi hanya 7 hari saja. Sebenarnya apa rencananya? apa tujuannya? Jangan-jangan aku beneran mau diusir dari rumah ini! Badanku lemas. Teringat masa kecilku, bersama mami yang baik, pengertian, dan sebagainya-dansebagainya. Aku tidak percaya sekarang mami mau mengusirku. mengapa? mengapa ini semua terjadi? mengapaaaa?

"Adaapa, Non!?" bibi datang dengan ngos-ngosan, panik. Aku tidak mempedulikannya, sambil berusaha menahan air mata yang sudah membendung dimataku. "Oh, itu? Aduh, maaf non, jangan nangis. Bibi asal masukin barangnya."

"BIBI-_______- Aku... aku gak cengeng!" Seketika aku merasa bodoh. Aku menghentak-hentakan kaki ke tanah(?), mengambil tas besar tersebut kemudian berlari keluar kamar. Brugh! Untuk yang kesekian kalinya, aku nabrak mami.

"Udah mami bilangin berkali-kali kan, jangan lari-larian di dalam rumah!" seru mami.
"Iya,iya. sekarang bukan itu masalahnya. Jadi apa latar belakang mami menyuruhku tinggal bersama orang gila? Aku entar diapa-apain(!) gimana? Ngomong-ngomong ini udah mau malem gini looh!" Aku mencoba mengeluarkan semua yang ada di pikiranku, tapi nanti mami malah enggakmau jawab. Ya lebih baik aku tunggu jawaban mami dulu kemudian tanya lagi, tanya lagi, dan tanya lagi.... jadi akhirnya mami lupa sama ini semua.

"Kamu ngomongnya pelan-pelan aja lah" tuh kan. "Jadi gini, loh...."
".....Mami ngeliat kamu liburan cuma ketawa-ketiwi sendirian doang. Jadi makin mirip supratman." ternyata pemikiranku berasal dari mami(?) "Jadi, menurut mami, kamu harus bergaul sama orang luar, kaya supratman. Biar gak gila kaya suratman. Dan biar menantang.... sama supratman!!! dah. kamu ngapain lagi disini? sono samperin supratmannnnn." Mami kemudian mendorongku kemuar lalu menutup+mengunci pintu. yyeeeaaaa punya mami yang random seperti ini sangatlah seru.

Aku memberanikan diri berjalan ke arah tempat supratman tinggal. Malam ini, entah kenapa lebih gelap dari malam-malam sebelumnya, atau memang hanya perasaanku saja. Ya, perasaanku bahkan lebih gelap dari malam ini. Suram. Tapi makin jauh aku berjalan, bukannya makin sedih, malah makin seram. Dan pada akhirnya, aku sampai tepat di depan tempat orang gila itu tinggal. Gelap, ditambah dinginnya malam, membuatku semakin takut. Apa yang harus aku lakukan? Apakah aku mesti masuk? Jangan gila, Bintang. Tapi kalau kau di jalanan sepanjang malam selama 7 hari itu juga gila. Lebih baik masuk saja, deh. Daripada gila. Toh kalau aku diapa-apain aku bisa nendang. Tetapi ketika aku membuka pintu perlahan, aku melihat sesosok bayangan yang entah darimana asalnya..
------------------------------------------------------------------------------------------------------------


Ratri :p :

Bulu hidungku bergidik. di depan mataku, kulihat sesosok supratman sedang duduk menghadap ketembok. entah apa yang dia lamunkan, namanya juga orang gila. Secepat kilat dan se pelan mungkin aku melangkah keluar dari rumah, dan memilih untuk tidur di dipan yang ada di teras rumah kecil supratman. "Ogah banget tidur di dalem, hii~ untung tadi dia belum liat gue dateng, kayaknya sih. semoga aja. amin" ucap bintang dalam hati.

Dengan waswas dan perasaan berdebar-debar, Bintang pelan-pelan mengeluarkan selimut dari tas nya dan menaruh kembali tas nya di bagian atas dipan sebagai bantal tidur, dan merebahkan diri secara perlahan.

Bintang melamun sejenak menatap bintang-bintang. Perasaannya campur aduk. antara tidak percaya akan apa yang ia alami saat ini -tidur di (depan) rumah orang gila- dan sedih karna mama nya begitu tega membuat peraturan super kejam ini.

Bintang rela jika di suruh melakukan apapun sebagai penggantinya, asal dia tidak di haruskan menginap di rumah supratman. "7 hari. kenapa gak 7 malem sekalian mah, atau 7 taun. biar ikutan gila disini, jadi fosil atau di jadiin mumi sekalian bareng suparman. betapa tidak adilnya dunia ini, berasa jadi anak tiri. atau jangan-jangan memang benar aku anak tiri........sebenernya aku ini anak kamu bukan sih mah?:" ". /halah/ batin Bintang
Pemikiran yang terus berputar-putar dan bertubrukan di dalam kepalanya akhirnya membawa bintang pergi jauh ke alam mimpi.

Keesokan harinya, Bintang terbangun oleh suara orang yang grusak grusuk di sampingnya. Dengan malas-malasan, bintang mencoba membuka mata. ia perlahan memiringkan kepalanya ke arah sumber suara, dan menemukan sesosok supratman yang meringis di samping kepalanya, sekali lagi, tepat di samping kepalanya.

"HUAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!!!!!!!!!!!!!!!!!" Bintang yang kaget langsung melonjak dari atas dipan dan berlari ke pinggir teras sambil bersembunyi di balik selimut (?).
Supratman hanya memperhatikan Bintang sambil meringis dari tempatnya berdiri. Tapi tak disangka, diam-diam dia berjalan mendekat ke arah bintang.
"HUAAAAAAAAA ngapain kamu deket-deket? hush hush menjauh sanaaa" Bintang menjerit takut sambil baca jampi-jampi *-_-*. Tapi supratman tidak menghiraukannya, ia malah semakin mendekat, dan tiba-tiba saja meraih tangan bintang *ea* dan menariknya ke dalam rumah.

Bintang yang tak menyangka hal itu akan terjadi hanya bisa diam dan pasrah sambil terus berdoa. Entah apa yang akan supratman si orang gila famous lakukan padanya.
"Ka .... kamu mau ngapain.....le......pasin lepasin............................" Bintang menutup matanya, hampir menangis sangking takutnya. Tapi supratman tidak menghiraukan.

Terasa di kaki Bintang tegel-tegel lantai yang agak hangat(?), beda dengan lantai dingin yang ia pijak di teras tadi. sepertinya mereka memasuki area rumah kecil supratman.
Dan ketika ia sudah sampai di ambang ke pasrahan,  supratman berhenti menariknya. kaget bercampur lega, bintang pun perlahan membuka mata. Seketika Bintang mematung. terpesona campur bingung dengan apa yang ada di hadapannya. Sebuah meja makan kecil, yang sudah berisi menu sarapan super lengkap dan terlihat menggiurkan.

Supratman yang melihatnya hanya meringis di sebelahnya.
 ------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Mutekk: 

Astaga, apa aku bermimpi? Bintang mengucek-ngucek matanya.

Supratman duduk di satu kursi, dan menatap Bintang seolah menyuruhnya untuk duduk dan makan bersamanya. Bintang berjalan mendekati meja tersebut, dan duduk. Pikirannya tertuju pada Supratman yang sedari tadi terus menatapnya, “Ehm, ini kamu buat sendiri?” Bintang menunjuk makanan yang menggiurkan itu.

Supratman tersenyum dan mengangguk. Seketika napas Bintang terhenti, terpesona akan sosok Supratman *eah*. Bintang makan dengan lahap, maklum ia belum makan dari kemarin. Kok orang gila bisa masak segini enak ya? Bakat kali yee~ Batin Bintang.

Seusai makan Bintang berniat untuk mencuci piring bekas makan tadi, sebagai tanda terimakasih atas sarapan yang lezat tadi. Supratman mengiyakan, dan Bintang pergi ke belakang rumah dan menemukan setumpuk piring yang belum dicuci.

“Ya ampun, inikah yang dinamakan orang gila?!” Bintang melihat ke sekitar, tapi, tidak ada tempat cuci piring. Ember berisikan air pun tidak ada, Bintang mencari Supratman.

“Ehm, tempat, buat, cuci, piring, dimana?” Bintang menggerakkan tangannya melukis tanda Tanya di udara. Supratman hanya terdiam, kepalanya dimiringkan, persis seperti anak kecil yang akan difoto.

Semenit, dua menit, Supratman masih diam. Bintang geregetan (?) akhirnya dia keluar, mencari tetangga terdekat yang bisa membantunya. “Bu, aku lagi dihukum sama mami aku buat tinggal di rumah Supratman. Nah, tadi kan makan tuh, terus piringnya kotor semua, pas aku mau nyuci piring, tempat cuci piringnya ga ada bu, gimana dong?”

Si Ibu hanya tersenyum, “Aduh, kasihan! Dek, di rumah Supratman tuh ga ada tempat cuci piring. Palingan ada air di kamar mandi doang. Kalo adek mau nyuci ya, harus di kamar mandi, atau bawain embernya ke belakang. Adek tau kan Supratman itu orang gila?” Bintang mengangguk meringis.

“Ya sudah, makasih bu..” Bintang kembali ke rumah Supratman, mengangkat setumpuk piring dan membawanya ke kamar mandi, “Hmm, sekarang bagaimana cara mencuci piring?”
Bintang mencoba mengingat-ingat cara mencuci piring yang sering dilakukan bibi. “Aduuhh!”

Rencana mencuci piring pun, GAGAL! Bintang menaruh setumpuk piring itu ke tempatnya yang semula.

Hari pertama dihabiskan untuk mengerjakan tugas yang memang menumpuk itu. Mulai dari menulis karangan, membuat gambar semi realistik, sampai diary liburan, ini beneran DIARY!

“Tumben si Supratman belum pulang, haduh lapeer!” Terdengar suara nyanyian dari perut Bintang.
BRAAK!!

“SETAAN! PERGI SONOO!” Bintang terkaget-kaget, “…. Oh, Supratman, ngagetin aja..”

Supratman dengan pakaiannya yang baru masuk ke dalam rumah tanpa menyapa Bintang. Ia langsung masuk ke kamar mandi dan berdiam disana. Bintang menatap kea rah kamar mandi dengan tatapan meringis, dapatkah aku tinggal di sini lebih lama lagi?!

Lima menit, sepuluh menit, “Kok Supratman ngga keluar sih?” Ujar Bintang sedikit berbisik.

Bintang melangkah ke kamar mandi, mempersiapkan mental untuk membuka pintu.
“Satu, dua, tiga, BRAK!” Bintang melongok ke dalam kamar mandi, tidak ada siapa-siapa, lantas kemanakah Supratman itu pergi? Apakah dia hantu? Tanya Bintang dalam hati.
 
----------------------------------------------------------------------------------------


Ya Allah ini gaje banget, buat kak Mahaar, aduh maafkan dakuh karena lama. 
Emang minggu ini aku sibuk banget, gasempet buka lepi coz lomba disana-sini, latihan vocal, story telling, ngurusin mading yang ngga muncul di internet. *curhat*  HADUH, oke, untuk Kak Mahar, semangaat yaa!

CEMINGGIIT! 

btw, kenapa ya aku pengennya Bintang itu jatuh cinta sama Supratman? :3

 #sekilaspikiranmuta




Friday, March 8, 2013

Basketball in Love

Baru-baru ini aku membuat sebuah cerita pendek. Ide ini aku satukan dengan ide dari ibuku.. Thankyou so much mom! XD Di sini aku cuma mau ngasih liat penggalan ceritanya aja, kalo mau tahu lebih lanjut cek aja di SINI



 BASKETBALL IN LOVE

5 Februari
Waktu sudah menunjukkan pukul 16:30, aku segera bergegas memasuki ruangan osis untuk acara rapat mingguan. Sudah dua minggu aku tidak berkutat dengan buku catatan keacaraanku. Dan dua minggu yang lalu sudah, posisiku digantikan oleh seorang calon anggota osis.
                Bulan kedua di tahun baru, banyak dari teman-temanku yang sudah membicarakan soal hari valentine yang jatuh pada tanggal 14 Februari. Cokelat, bunga, boneka, dan kencan telah mereka rencanakan.
                "Pol, lu ngga rencana buat bagi-bagi coklat?" tanya Vanya, salah satu teman karibku.
                Aku menggeleng, "Rasanya sih nggak ada acara gitu di agenda gue.." Vanya langsung menatapku lekat.
                "Apa?! lo masih waras kan?" Vanya mulai mengguncang-guncangkan badanku.
                "Lah, orang gue lagi ga suka-sukaan, masa harus maksa bagi-bagi sih? Lagipula dompet lagi kering nih!"
                "Minimal kasih sama ketua mu tuuh.. itu dateng orangnya!" Vanya mulai menyenggol-nyenggolku.
                Harry, ketua osis kami. ia memiliki wajah yang bisa dikatakan 'ganteng' dibandingkan anggota osis cowok lainnya. karena hal itu dan juga posisinya Harry pasti dielu-elukan oleh anak cewek satu sekolah, kecuali aku.
Sifatnya sangat-sangat buruk di mataku. Tatapan dingin, tawa sinis, dan keegoisannya terasa sangat menyala-nyala di mataku. Wajah tampan itu tidak membuatku melupakan kejadian saat aku kelas 7.

                Hari itu aku mau menemui pak Jafar di ruangannya. kebetulan kalau mau kesana harus menyebrangi lapangan. Aku membawa netbook serta setumpuk buku paket milik teman-teman yang tadi dikumpulkan. Ketika melewati lapangan, terlihat banyak anak laki-laki yang asik main basket. Di bagian punggir geng CECE alias cewe centil lagi rapat sekaligus nontonin anak cowok yang lagi main basket.
                Karena waktu aku mempercepat langkah ketika melewati lapangan yang ramai dengan cowok-cowok yang main basket.
                Ketika aku mempercepat langkah tak kusadari ada bola basket yang mengarah ke wajahku, dan mengenai wajahku, aku lantas menjatuhkan bukuku. terdengar ada beberapa anak tertawa. Aku langsung memunguti buku secepatnya, namun kepalaku sngat pusing, sehingga rasa berputar-putar menjalari kepalaku.
Aku melakukannya secepat yang aku bisa, buku paket terlihat acak kadut di tanganku. Terlihat seorang cowok berseragam tim basket berjaan ke arahku. Aku yakin bahwa orang ituah yang membuat wajahku menerima tamparan dari bola basket. Aku berfikir bahwa cowok itu akan meminta maaf, setidaknya meminta maaf. Dan ternyata, "kena ya?" ia tersenyum aneh. Ketika melihat cairan merah keluar dari hidungku, tawanya tidak dapat ia tahan, dan ia menunjuk hidungku sambil berkata dengan kerasnya "yah gitu aja mimisan?!" dan ia kembali dengan tim basketnya, tanpa meminta maaf dariku. Meberapa anak tertawa kecil melihat betapa memalukannya diriku ini. 

Yaaa, penggalannya segitu dulu aja, mau tahu lebih lanjut? Cek di SINI
© mutiaraini
Maira Gall