ADUUH INI TELAAAAATTT!!!!!!!!
Langsung cekidot aja ya!
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Kak
ins :
Namaku Bintang Perdana Putera. Seperti biasa,
sore begini kerjaanku hanya duduk, diam, menertawai novel dalam genggaman,
pokoknya sore begini aku selalu-- dan makin-- mirip Supratman. Iya, Supratman.
Orang paling famous seantero kompleks perumahan. Ya, namanya juga orang gila.
Nah, itu Supratman lewat. Aduh, baru juga
diomongin. Lihat Supratman, jalan dengan eloknya. Eh, bajunya udah ganti lagi!
Ah, warga kompleks sini memang baik-baik. Darimana coba Supratman terus ganti
baju kalau bukan dari warga. Kadang aku suka merasa iri sama Supratman. Kenapa
bukan aku saja yang jauh lebih famous. Ehm.. Bukan.. Bukan begitu. Maksudku kan
aku lebih gila.
Baju dua hari sekali baru ganti, itu pun kalau ingat.
Kalau nggak? Mending tanem pohon palawija lima hektar aja deh, daripada
mendengar kenyataannya. Aku juga tidak sesumringah Supratman. Itu, dia menyapa
setiap orang yang lewat. Kalau aku? Lagi-lagi lebih baik jangan mengetahui
kenyataannya. Rumahku nomor 82, dengan tetangga nomor 87 aja aku sudah nggak
tau siapa nama si ibu yang suaranya lantang-menantang itu. Iya, aku separah
itu.
Apa aku bilang,? HARUSNYA KAN AKU YANG LEBIH
FAMOUS?
Tapi itulah hidup. Supratman yang diberi
tumpangan rumah mungil dan nyaman saja masih sering keluar dan masih ramah. Aku
yang punya rumah dengan dua kapling ini malah susah banget buat masuk ke rumah
sendiri. Tapi bukan berarti--
"Maaf ya, Non, bibi tadi kejebak macet. Ada
kecelakaan di jalan." aduh, bibi, tiba-tiba datang seenak jempol kaki.
"Kecelakaan di jalan, Bi?"
" Iya, Non ... Maceeet ... Bener."
"Bukan gitu, Bi. Maksud aku kalau
kecelakaannya di jalan, ya bibi coba lewat langi sanah! Katanya mantan bidadari
..."
"Ah, Non .. Bisa aja ... Hehehe ..."
"Yaudah. Mana kuncinya cepetan! Lama tauk
aku nungguin! Kalau rekreasi, nih ... Aku udah berkelana ke dua pulau tiga
kabupaten!"
"I, I..ya, Non. Tapi tadi mami
pesen--"
"Apa? Yang peraturan baru itu lagi?"
"Bukan, Non ..."
"Terus?! Yakali mami pesen aku disuruh
makan enak"
"Tapi peraturan yang lebih baru lagi, Non
..."
Deegg ... Firasat buruk. Mami nggak pernah
ngeluarin peraturan secepat ini. Selama aku hidup, paling cepat dua bulan baru
ada peraturan lain. Ini baru dua hari. Ya Tuhaaaaannn.... semoga firasat buruk
ini salah.
"Ap-apa, Bi?"
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kak kartik :
Lagi-lagi dengan peraturan. Entah mengapa aku
punya sesosok "mami" yang gila akan peraturan. Mulai dari tidur di
beranda selama 7 hari karena tak mandi selama 5 hari masa liburan, hingga
hukuman membantu Mak Endah membuat nasi pecel di seberang jalan rumahku karena
aku yang hampir tak pernah membantu bibi memasak di dapur. Sepele .... Mamiku
sepele dan mencintai sesuatu yang salah dan sepele. Sial.
"Ap-apa, Bi peraturan barunya?"
kuulang pertanyaanku. Melihat bibi tak kunjung menjawab dan malah terlihat
ketakutan.
"Emmm .... Non yakin mau dengar? Bibi yang
diberi perintah untuk menyampaikan saja, sedikit enggan mengatakannya"
Mati aku! Bahkan bibi yang biasanya tak pernah
terlihat gugup dalam menyampaikan peraturan baru mami, kali ini terlihat sangat
terpaksa harus mengucapkannya. Mati aku! Mami berulah lagiii! AAAAAA....
"Apaan sih bi, peraturannya? Jangan buat
aku penasaran dong! Itu amaanah mami lho biii, cepetan kasihtau!!"
"Hmm .. Mami bilang ke bibi kalau, Non gak
boleh masuk rumah--"
"Tuhkan bener! Mami nih kenapa sih! Anak
sendiri diginiin -_-!"
"Non, belum selesai ... Mami bilang non
gaboleh masuk rumah dan gak boleh tidur di rumah lagi selama 7 hari sampai masa
liburan non selesai --"
"APAA??!!! MAMI GILA! INI BENERAN MAMI YANG
BILANG?" ucapku emosi. Gila aja! 7 hari aku gak boleh di rumah? Ini
rumahku! Terus aku tidur dimana kalo 7 hari gak boleh masuk rumah? Panti Jompo
seberang gang? Warung pecel Mak Endah? atau jangan-jangan ...
"Bentar non, bibi belum selesai ngomong
.." ujar bibi bersungut-sungut karena ceritanya kuputus.
"Yaudah lanjutin .."
"Terus, kalau non mau tanya, non
selanjutnya tinggal dimana selama 7 hari itu, emmm .... kata mami, non tidur
sama Supratman di dekat rumah kecil Bu Eva, yang punya penginapan 3 blok dekat
sini itu non .." Ragu-ragu bibi mengatakannya. Seakan sudah bisa menebak ekspresiku
selanjutnya.
"Mami beneran gila ... Baru punya anak 1
aja udah diginiin. Supratman itu orang gila bii! Masa' iya aku kumpul bareng
orang gila. 7 hari biii 7 hari ... Mami gila beneran ini!" Ujarku sambil
merebut kunci yang sedaritadi tergantung di tangan bibi. Lekas masuk rumah,
masuk kamar dan ...
"MAMIIIIIII !!!! MAMI KAMARKU KENAPAAAAA
!!!!!!!" Teriakku mebahana .. Aku tak berpikir siapa saja yang akan
mendengar teriakanku! Tidak peduli ! Yang kupedulikan saat ini adalah peraturan
baru mami, pikiran mami yang kukira sudah ringsek meupun perasaan mami terhadap
anak semata wayangnya yang kukira sudah membatu!
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Menay :
Aku menyapu pandanganku ke seluruh penjuru
kamar. Barang-barangku sudah tak terlihat lagi di rak tempat biasa aku
meletakkannya, digantikan sebuah tas besar di lantai yang aku yakin berisi
baju-bajuku yang menghilang. Pasti ini ulah mami, niat banget sih sampe koleksi
dvdku ikut dikemas juga. Apakah nanti aku akan nonton DVD bersama Supratman?
Kayak dia punya DVD Player saja. atau jangan-jangan ada tetangga yang
memberikannya juga? mungkin saja, karena dia lebih famous dariku -_-
Tapi bukan itu masalahnya. Mami mengemas hampir
setengah dari isi kamarku! Padahal aku pergi hanya 7 hari saja. Sebenarnya apa
rencananya? apa tujuannya? Jangan-jangan aku beneran mau diusir dari rumah ini!
Badanku lemas. Teringat masa kecilku, bersama mami yang baik, pengertian, dan
sebagainya-dansebagainya. Aku tidak percaya sekarang mami mau mengusirku.
mengapa? mengapa ini semua terjadi? mengapaaaa?
"Adaapa, Non!?" bibi datang dengan
ngos-ngosan, panik. Aku tidak mempedulikannya, sambil berusaha menahan air mata
yang sudah membendung dimataku. "Oh, itu? Aduh, maaf non, jangan nangis.
Bibi asal masukin barangnya."
"BIBI-_______- Aku... aku gak
cengeng!" Seketika aku merasa bodoh. Aku menghentak-hentakan kaki ke
tanah(?), mengambil tas besar tersebut kemudian berlari keluar kamar. Brugh!
Untuk yang kesekian kalinya, aku nabrak mami.
"Udah mami bilangin berkali-kali kan,
jangan lari-larian di dalam rumah!" seru mami.
"Iya,iya. sekarang bukan itu masalahnya.
Jadi apa latar belakang mami menyuruhku tinggal bersama orang gila? Aku entar
diapa-apain(!) gimana? Ngomong-ngomong ini udah mau malem gini looh!" Aku
mencoba mengeluarkan semua yang ada di pikiranku, tapi nanti mami malah
enggakmau jawab. Ya lebih baik aku tunggu jawaban mami dulu kemudian tanya lagi,
tanya lagi, dan tanya lagi.... jadi akhirnya mami lupa sama ini semua.
"Kamu ngomongnya pelan-pelan aja lah"
tuh kan. "Jadi gini, loh...."
".....Mami ngeliat kamu liburan cuma
ketawa-ketiwi sendirian doang. Jadi makin mirip supratman." ternyata
pemikiranku berasal dari mami(?) "Jadi, menurut mami, kamu harus bergaul
sama orang luar, kaya supratman. Biar gak gila kaya suratman. Dan biar
menantang.... sama supratman!!! dah. kamu ngapain lagi disini? sono samperin
supratmannnnn." Mami kemudian mendorongku kemuar lalu menutup+mengunci
pintu. yyeeeaaaa punya mami yang random seperti ini sangatlah seru.
Aku memberanikan diri berjalan ke arah tempat
supratman tinggal. Malam ini, entah kenapa lebih gelap dari malam-malam
sebelumnya, atau memang hanya perasaanku saja. Ya, perasaanku bahkan lebih
gelap dari malam ini. Suram. Tapi makin jauh aku berjalan, bukannya makin
sedih, malah makin seram. Dan pada akhirnya, aku sampai tepat di depan tempat
orang gila itu tinggal. Gelap, ditambah dinginnya malam, membuatku semakin
takut. Apa yang harus aku lakukan? Apakah aku mesti masuk? Jangan gila,
Bintang. Tapi kalau kau di jalanan sepanjang malam selama 7 hari itu juga gila.
Lebih baik masuk saja, deh. Daripada gila. Toh kalau aku diapa-apain aku bisa
nendang. Tetapi ketika aku membuka pintu perlahan, aku melihat sesosok bayangan
yang entah darimana asalnya..
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Ratri :p :
Bulu hidungku bergidik. di depan mataku, kulihat sesosok supratman sedang duduk
menghadap ketembok. entah apa yang dia lamunkan, namanya juga orang gila.
Secepat kilat dan se pelan mungkin aku melangkah keluar dari rumah, dan memilih
untuk tidur di dipan yang ada di teras rumah kecil supratman. "Ogah banget
tidur di dalem, hii~ untung tadi dia belum liat gue dateng, kayaknya sih.
semoga aja. amin" ucap bintang dalam hati.
Dengan waswas dan perasaan berdebar-debar, Bintang pelan-pelan mengeluarkan
selimut dari tas nya dan menaruh kembali tas nya di bagian atas dipan sebagai
bantal tidur, dan merebahkan diri secara perlahan.
Bintang melamun sejenak menatap bintang-bintang. Perasaannya campur aduk.
antara tidak percaya akan apa yang ia alami saat ini -tidur di (depan) rumah
orang gila- dan sedih karna mama nya begitu tega membuat peraturan super kejam
ini.
Bintang rela jika di suruh melakukan apapun sebagai penggantinya, asal dia
tidak di haruskan menginap di rumah supratman. "7 hari. kenapa gak 7
malem sekalian mah, atau 7 taun. biar ikutan gila disini, jadi fosil atau di
jadiin mumi sekalian bareng suparman. betapa tidak adilnya dunia ini, berasa
jadi anak tiri. atau jangan-jangan memang benar aku anak tiri........sebenernya
aku ini anak kamu bukan sih mah?:" ". /halah/ batin Bintang
Pemikiran yang terus berputar-putar dan bertubrukan di dalam kepalanya akhirnya
membawa bintang pergi jauh ke alam mimpi.
Keesokan harinya, Bintang terbangun oleh suara orang yang grusak grusuk di
sampingnya. Dengan malas-malasan, bintang mencoba membuka mata. ia perlahan memiringkan
kepalanya ke arah sumber suara, dan menemukan sesosok supratman yang meringis
di samping kepalanya, sekali lagi, tepat di samping kepalanya.
"HUAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!!!!!!!!!!!!!!!!!" Bintang yang kaget
langsung melonjak dari atas dipan dan berlari ke pinggir teras sambil
bersembunyi di balik selimut (?).
Supratman hanya memperhatikan Bintang sambil meringis dari tempatnya berdiri.
Tapi tak disangka, diam-diam dia berjalan mendekat ke arah bintang.
"HUAAAAAAAAA ngapain kamu deket-deket? hush hush menjauh sanaaa"
Bintang menjerit takut sambil baca jampi-jampi *-_-*. Tapi supratman tidak
menghiraukannya, ia malah semakin mendekat, dan tiba-tiba saja meraih tangan
bintang *ea* dan menariknya ke dalam rumah.
Bintang yang tak menyangka hal itu akan terjadi hanya bisa diam dan pasrah
sambil terus berdoa. Entah apa yang akan supratman si orang gila famous lakukan
padanya.
"Ka .... kamu mau ngapain.....le......pasin
lepasin............................" Bintang menutup matanya, hampir
menangis sangking takutnya. Tapi supratman tidak menghiraukan.
Terasa di kaki Bintang tegel-tegel lantai yang agak hangat(?), beda dengan
lantai dingin yang ia pijak di teras tadi. sepertinya mereka memasuki area
rumah kecil supratman.
Dan ketika ia sudah sampai di ambang ke pasrahan, supratman berhenti
menariknya. kaget bercampur lega, bintang pun perlahan membuka mata. Seketika
Bintang mematung. terpesona campur bingung dengan apa yang ada di hadapannya.
Sebuah meja makan kecil, yang sudah berisi menu sarapan super lengkap dan
terlihat menggiurkan.
Supratman yang melihatnya hanya meringis di sebelahnya.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Mutekk:
Astaga, apa aku bermimpi? Bintang mengucek-ngucek matanya.
Supratman duduk di satu kursi, dan menatap Bintang seolah
menyuruhnya untuk duduk dan makan bersamanya. Bintang berjalan mendekati meja
tersebut, dan duduk. Pikirannya tertuju pada Supratman yang sedari tadi terus
menatapnya, “Ehm, ini kamu buat sendiri?” Bintang menunjuk makanan yang
menggiurkan itu.
Supratman tersenyum dan mengangguk. Seketika napas Bintang
terhenti, terpesona akan sosok Supratman *eah*. Bintang makan dengan lahap,
maklum ia belum makan dari kemarin. Kok orang
gila bisa masak segini enak ya? Bakat kali yee~ Batin Bintang.
Seusai makan Bintang berniat untuk mencuci piring bekas
makan tadi, sebagai tanda terimakasih atas sarapan yang lezat tadi. Supratman
mengiyakan, dan Bintang pergi ke belakang rumah dan menemukan setumpuk piring
yang belum dicuci.
“Ya ampun, inikah yang dinamakan orang gila?!” Bintang
melihat ke sekitar, tapi, tidak ada tempat cuci piring. Ember berisikan air pun
tidak ada, Bintang mencari Supratman.
“Ehm, tempat, buat, cuci, piring, dimana?” Bintang
menggerakkan tangannya melukis tanda Tanya di udara. Supratman hanya terdiam,
kepalanya dimiringkan, persis seperti anak kecil yang akan difoto.
Semenit, dua menit, Supratman masih diam. Bintang geregetan
(?) akhirnya dia keluar, mencari tetangga terdekat yang bisa membantunya. “Bu,
aku lagi dihukum sama mami aku buat tinggal di rumah Supratman. Nah, tadi kan
makan tuh, terus piringnya kotor semua, pas aku mau nyuci piring, tempat cuci
piringnya ga ada bu, gimana dong?”
Si Ibu hanya tersenyum, “Aduh, kasihan! Dek, di rumah
Supratman tuh ga ada tempat cuci piring. Palingan ada air di kamar mandi doang.
Kalo adek mau nyuci ya, harus di kamar mandi, atau bawain embernya ke belakang.
Adek tau kan Supratman itu orang gila?” Bintang mengangguk meringis.
“Ya sudah, makasih bu..” Bintang kembali ke rumah Supratman,
mengangkat setumpuk piring dan membawanya ke kamar mandi, “Hmm, sekarang bagaimana
cara mencuci piring?”
Bintang mencoba mengingat-ingat cara mencuci piring yang
sering dilakukan bibi. “Aduuhh!”
Rencana mencuci piring pun, GAGAL! Bintang menaruh setumpuk
piring itu ke tempatnya yang semula.
Hari pertama dihabiskan untuk mengerjakan tugas yang memang
menumpuk itu. Mulai dari menulis karangan, membuat gambar semi realistik,
sampai diary liburan, ini beneran DIARY!
“Tumben si Supratman belum pulang, haduh lapeer!” Terdengar
suara nyanyian dari perut Bintang.
BRAAK!!
“SETAAN! PERGI SONOO!” Bintang terkaget-kaget, “…. Oh,
Supratman, ngagetin aja..”
Supratman dengan pakaiannya yang baru masuk ke dalam rumah
tanpa menyapa Bintang. Ia langsung masuk ke kamar mandi dan berdiam disana. Bintang
menatap kea rah kamar mandi dengan tatapan meringis, dapatkah aku tinggal di
sini lebih lama lagi?!
Lima menit, sepuluh menit, “Kok Supratman ngga keluar sih?” Ujar
Bintang sedikit berbisik.
Bintang melangkah ke kamar mandi, mempersiapkan mental untuk
membuka pintu.
“Satu, dua, tiga, BRAK!” Bintang
melongok ke dalam kamar mandi, tidak ada siapa-siapa, lantas kemanakah
Supratman itu pergi? Apakah dia hantu?
Tanya Bintang dalam hati.
----------------------------------------------------------------------------------------
Ya Allah ini gaje banget, buat kak Mahaar, aduh maafkan
dakuh karena lama.
Emang minggu ini aku sibuk banget, gasempet buka lepi coz lomba disana-sini,
latihan vocal, story telling, ngurusin mading yang ngga muncul di internet.
*curhat* HADUH, oke, untuk Kak Mahar, semangaat yaa!
CEMINGGIIT!
btw, kenapa ya aku pengennya Bintang itu jatuh cinta sama Supratman? :3
#sekilaspikiranmuta